Gambang Kromong, Warisan Budaya Dari Jakarta | Daranante -->

11 Agustus 2021

Gambang Kromong, Warisan Budaya Dari Jakarta

Ribka Agnes Lystia Lim Guru SMPN 153 Jakarta.


BORNEOTRIBUN JAKARTA, Pada masyarakat di kota besar pada umumnya, dan pada kota DKI Jakarta pada khususnya, biasanya dihuni oleh masyarakat yang majemuk, beragam suku dan budayanya. Tidak hanya suku asli Betawi sendiri namun banyak penduduk yang berasal dari bermacam-macam suku dan budaya daerah lain di Indonesia.

Bahkan bila dilihat dari sejarahnya, kota Jakarta sudah merupakan kota heterogen sejak jaman dahulu. Karena berbagai etnis dan pengaruh masuk di kota ini akibat perdagangan dan penjajahan, seperti pengaruh dari kebudayaan Timur Tengah, kebudayaan Cina dan dari Eropa seperti Portugis.
Oleh sebab itulah, kesenian yang ada harus dilestarikan oleh generasi milenial sekarang ini, agar musik-musik tradisional Betawi tetap terpelihara kelestariannya, 
dianggap sebagai upaya mengembalikan pemuda untuk menekuni dan mencintai kesenian tradisional. Karena era globalisasi dan masuknya kebudayaan asing (termasuk kesenian), media sosial dengan segala kemajuan teknologinya, membuat para pemuda beralih ke sana dan meninggalkan seni tradisinya
Salah satu seni dan budaya yang berasal dari Betawi adalah Gambang kromong (atau ditulis gambang keromong) adalah sejenis orkes yang memadukan gamelan dengan alat-alat musik Tionghoa, seperti sukong, tehyan, dan kongahyan . 



Sebutan gambang kromong diambil dari nama dua buah alat perkusi, yaitu gambang dan kromong. Awal mula terbentuknya orkes gambang kromong tidak lepas dari seorang pemimpin komunitas Tionghoa yang diangkat Belanda (kapitan Cina) bernama Nie Hoe Kong (masa jabatan 1736-1740)
Orkes gambang rupanya digemari kaum Tionghoa. Sekitar tahun 1880, kepala kampung Tionghoa Pasar Senen bernama Bek Teng Tjoe menyajikan orkes gambang dengan iringan kromong, kempul, gendang, dan gong. Rupanya eksperimen ini membuat gembira para pendengarnya. Sejak itulah orkes gambang kromong mulai dikenal.

Lagu-lagu yang dibawakan pada musik gambang kromong adalah lagu-lagu yang isinya bersifat humor, penuh gembira, dan kadangkala bersifat ejekan atau sindiran. Pembawaan lagunya dinyanyikan secara bergilir antara laki-laki dan perempuan sebagai lawannya. 



Menurut David Kwa, terdapat tiga jenis lagu yang dibawakan gambang kromong. Lagu pobin, yang bersumber dari lagu-lagu tradisional Tiongkok, biasa dimainkan pada upacara pernikahan dan kematian orang Tionghoa. Karena dibutuhkan kemampuan membaca notasi dalam huruf Tionghoa, lagu phobin jarang dimainkan. Lalu ada lagu dalem yang dinyanyikan dalam bentuk pantun dalam bahasa Melayu Betawi. Kemudian lagu sayur yang diciptakan untuk ngibing (menari), biasanya dimainkan dengan gambang kromong kombinasi. Beberapa seniman yang mempopulerkan lagu sayur antara lain Benyamin Sueb, Bing Slamet, dan Ida Royani pada 1960-an.

Penulis: Ribka Agnes Lystia Lim   Guru SMPN 153 Jakarta


Editor: Libertus

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar