Berita Daranante: Amerika Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Amerika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Amerika. Tampilkan semua postingan

11 Mei 2021

Puing-puing Roket China Jatuh di Samudra Hindia, Tuai Kritik dari NASA

Puing-puing Roket China Jatuh di Samudra Hindia, Tuai Kritik dari NASA
Orang-orang menyaksikan dari pantai saat roket Long March-5B Y2, yang membawa modul inti stasiun luar angkasa China Tianhe, lepas landas dari Pusat Peluncuran Luar Angkasa Wenchang di Provinsi Hainan, China, 29 April 2021. (Foto: China Daily via REUTERS)

BorneoTribun Amerika -- Sisa-sisa roket terbesar China jatuh di Samudera Hindia pada Minggu (9/5). Sebagian besar bagiannya hancur ketika masuk kembali ke atmosfer. Spekulasi berhari-hari tentang di mana puing-puing itu akan jatuh akhirnya terjawab. Namun, hal itu menuai kritik dari Amerika Serikat.

Media pemerintah China mengutip koordinat Kantor Teknik Luar Angkasa Berawak China dan menunjukkan titik dampak di barat laut Kepulauan Maladewa.

Dilaporkan dari Reuters, laporan mengenai puing-puing roket Long March 5B membuat banyak orang-orang was-was sejak roket itu diluncurkan dari Pulau Hainan, China pada 29 April. Namun Kantor Teknik Luar Angkasa Berawak China menyatakan bahwa sebagian besar puing terbakar di atmosfer.

Media pemerintah melaporkan bagian dari roket itu kembali memasuki atmosfer pada pukul 10.24 pagi waktu Beijing (0224 GMT) dan mendarat di lokasi dengan koordinat bujur 72,47 derajat timur dan lintang 2,65 derajat utara.

Komando Luar Angkasa AS mengonfirmasi masuknya kembali roket di atas Semenanjung Arab, tetapi mengatakan tidak diketahui apakah puing-puing itu akan jatuh ke daratan atau perairan.

"Lokasi pasti dari jatuhnya dan rentang puing, keduanya tidak diketahui saat ini, tidak akan dirilis oleh Komando Luar Angkasa AS," katanya dalam sebuah pernyataan di situsnya.

Long March adalah pengiriman kedua roket varian 5B sejak penerbangan perdananya pada Mei 2020. Tahun lalu, potongan dari Long March 5B pertama jatuh di Pantai Gading, merusak beberapa bangunan. Tidak ada korban luka yang dilaporkan.

"Negara-negara yang punya misi penjelajahan antariksa harus meminimalkan risiko terhadap orang dan properti di Bumi dari masuknya kembali objek luar angkasa dan memaksimalkan transparansi mengenai operasi tersebut," kata Administrator NASA Bill Nelson, mantan senator dan astronaut yang dipilih untuk peran tersebut pada Maret, dalam sebuah pernyataan setelah roket itu kembali.

"Jelas bahwa China gagal memenuhi standar yang bertanggung jawab terkait puing-puing luar angkasa mereka."

Para ahli mengatakan bahwa karena sebagian besar permukaan bumi tertutup oleh air, kemungkinan daerah padat penduduk di darat sangat kecil, dan kemungkinan cedera bahkan lebih rendah.

"Sangat penting bahwa China dan semua negara penjelajar antariksa dan entitas komersial bertindak secara bertanggung jawab dan transparan di luar angkasa untuk memastikan keselamatan, stabilitas, keamanan, dan keberlanjutan jangka panjang aktivitas luar angkasa," kata Nelson.

Ahli astrofisika yang bermarkas di Harvard, Jonathan McDowell, mengatakan kepada Reuters bahwa zona potensial jatuhnya puing-puing itu bisa jadi sejauh utara New York, Madrid atau Beijing, dan sejauh selatan Chili dan Wellington, Selandia Baru.

McDowell mengatakan sejak potongan besar dari stasiun luar angkasa NASA Skylab jatuh dari orbit pada Juli 1979 dan mendarat di Australia, sebagian besar negara telah berusaha untuk menghindari kembalinya wahana antariska yang tidak terkendali melalui desain pesawat ruang angkasa mereka.

"Itu membuat perancang roket China terlihat malas karena mereka tidak membahas ini," kata McDowell.

The Global Times, sebuah tabloid China, membantah kritikan tersebut dan menganggapnya sebagai "sensasi Barat" khawatir roket itu "di luar kendali" dan dapat menyebabkan kerusakan.

"Ini adalah praktik umum di seluruh dunia untuk roket tingkat atas terbakar saat memasuki kembali atmosfer," kata Wang Wenbin, juru bicara kementerian luar negeri China, pada jumpa pers reguler pada 7 Mei.

"Sepengetahuan saya, tahap atas roket ini telah dinonaktifkan, yang berarti sebagian besar bagiannya akan terbakar saat masuk kembali. Dengan demikian, kemungkinan kerusakan fasilitas dan aktivitas penerbangan atau darat sangat rendah," kata Wang pada saat itu. .

Roket tersebut menempatkan modul Tianhe tak berawak ke orbit, yang nantinya akan menjadi tempat tinggal bagi tiga anggota awak di stasiun luar angkasa permanen China, akan diikuti oleh 10 misi untuk menyelesaikan penerbangan stasiun tersebut pada 2022. [na/ft]

Oleh: VOA

Pria Bersenjata Serang Pesta Ulang Tahun di Colorado, 7 Tewas

Pria Bersenjata Serang Pesta Ulang Tahun di Colorado, 7 Tewas
Sejumlah polisi saat merespons penembakan massal di sebuah supermarket di Boulder, Colorado, 22 Maret 2021.

BorneoTribun Amerika -- Seorang laki-laki menembak mati enam orang dewasa, termasuk pacarnya, kemudian menembak dirinya sendiri dalam sebuah pesta ulang tahun di Colorado Springs, Colorado, pada Minggu (9/5) pagi.

"Tersangka, pacar dari perempuan yang menjadi korban, naik mobil ke tempat itu, masuk ke dalam dan mulai menembaki orang-orang di pesta itu sebelum akhirnya bunuh diri," kata pernyataan yang dirilis oleh Departemen Kepolisian Colorado Springs.

Motif penembakan itu belum dipastikan.

Kepala Kepolisian Colorado Springs Vince Niski menyampaikan ucapan duka cita kepada para keluarga dan berjanji akan mendukung mereka.

"Janji saya kepada masyarakat dan keluarga yang kehilangan seseorang hari ini, adalah departemen ini akan melakukan apa saja yang bisa dilakukan untuk menemukan jawaban yang patut Anda ketahui dan mendukung Anda sepenuhnya," kata Niski dalam pernyataan.

Menurut pernyataan itu, nama-nama para korban akan dirilis dalam waktu dekat. [vm/pp]

Oleh: VOA

09 Mei 2021

Twitter Tutup Akun yang Bagikan Pernyataan Trump

Twitter Tutup Akun yang Bagikan Pernyataan Trump
Layar login akun Twitter terlihat di laptop, 27 April 2021, di Orlando, AS. (Foto: AP)

BorneoTribun Tekno -- Twitter Inc minggu ini menangguhkan sejumlah akun yang dibuat untuk membagikan pernyataan dari bagian baru situs web mantan Presiden AS Donald Trump. Perusahaan itu mengatakan akun-akun tersebut melanggar aturan mengenai dengan mengatakan mereka melanggar aturan terhadap menghindari sebuah pelarangan akun.

Trump dilarang menggunakan akun Twitternya, yang memiliki lebih dari 88 juta pengikut (followers) dan di sejumlah platform media sosial lainnya setelah pada 6 Januari, pendukungnya mengepung Gedung Capitol AS.

Reuters melaporkan, pada Selasa (4/5), sebuah laman telah ditambahkan ke situs Trump, yang diberi nama "Dari Meja Donald J. Trump.” Dari laman itu, Trump mengunggah pesan yang bisa dibagikan ke oleh audiensnya ke Twitter dan Facebook.

"Seperti yang dinyatakan dalam kebijakan penghindaran larangan kami, kami akan mengambil tindakan penegakan hukum pada akun yang niatnya jelas untuk mengganti atau mempromosikan konten yang berafiliasi dengan akun yang ditangguhkan," kata juru bicara Twitter dalam sebuah pernyataan.

Perwakilan Trump mengatakan mereka tidak ada hubungannya dengan akun yang ditangguhkan, termasuk @DJTDesk, @DJTrumpDesk, @DeskofDJT, dan @ DeskOfTrump1.

Twitter, yang mengatakan bahwa larangannya terhadap Trump bersifat permanen bahkan jika dia mencalonkan diri lagi, telah mengatakan pengguna dapat berbagi konten dari halaman Trump selama itu tidak melanggar aturan penghindaran larangannya.

Pada Rabu (5/5), dewan pengawas Facebook Inc. mendukung penangguhan akun Trump, tetapi mengatakan perusahaan tidak boleh menerapkan penangguhan tanpa batas waktu. Dewan direksi memberi waktu enam bulan kepada Facebook untuk menentukan tanggapan proporsional.

Seorang penasihan mengatakan Trump berencana untuk meluncurkan platform media sosialnya sendiri. [na/ft]

Oleh: VOA

06 Mei 2021

Insiden di Luar Markas CIA, Seorang Pria Tewas Ditembak

Insiden di Luar Markas CIA, Seorang Pria Tewas Ditembak
Mobil-mobil polisi di luar gerbang markas CIA setelah upaya penerobosan, di Langley, Virginia, Senin, 3 Mei 2021.

BorneoTribun Amerika -- Seorang pria bersenjata yang berupaya memasuki kawasan utama Badan Intelijen Amerika (Central Intelligence Agency/CIA), Senin (3/5), meninggal.

Pejabat-pejabat Biro Penyidik Federal (Federal Bureau of Investigation/FBI), Selasa (4/5), mengatakan pria bersenjata itu, yang ditembak berkali-kali setelah ditolak memasuki gerbang utama markas CIA, meninggal di rumah sakit karena luka-lukanya.

FBI tidak menjelaskan motif insiden pada Senin (3/5) yang menimbulkan dampak pada lalu lintas di dekat kompleks CIA di Langley, Virginia, selama beberapa jam.

“FBI mengkaji setiap insiden penembakan yang melibatkan seorang agen khusus FBI,” kata FBI Washington Field Office dalam pernyataannya. “Kajian itu akan secara hati-hati memeriksa situasi penembakan tersebut dan mengumpulkan seluruh bukti yang relevan dari lokasi.”

“Ketika kajian ini masih berlangsung, kami tidak dapat menyediakan rincian tambahan lain saat ini,” tambahnya.

Insiden pada Senin (3/5) malam itu terjadi ketika laki-laki tersebut mengemudikan kendaraannya mendekati gerbang utama CIA yang dijaga personel bersenjata dan dilindungi beberapa lapis pintu gerbang.

Beberapa agen FBI segera dipanggil ke lokasi itu untuk membantu, sementara badan penegak hukum setempat membantu mengarahkan lalu lintas.

Menurut FBI, setelah ditolak memasuki pintu gerbang itu, tersangka “keluar dari kendaraannya dengan senjata dan terlibat dengan aparat penegak hukum.”

Seorang juru bicara CIA pada Senin (3/5) mengatakan kepada VOA bahwa selama insiden itu terjadi markas badan intelijen itu tetap aman, dan merujuk pertanyaan-pertanyaan tambahan pada FBI. [em/lt]

Oleh: VOA

14 April 2021

Warga New York Semakin Banyak yang Beternak Lebah

Warga New York Semakin Banyak yang Beternak Lebah
Peternak lebah Andrew Cote membuang kawanan besar lebah yang dia pindahkan dari sebuah gedung di Times Square ke sarang baru di Bryant Park di New York, AS, 27 Juni 2017. (Foto: REUTERS/Lucas Jackson)

BorneoTribun Amerika, Internasional -- Kota New York yang bising kelihatannya mungkin bukan tempat yang ramah lebah. Tetapi teras di atap gedung-gedung tinggi serta taman-taman mungil di kota tersebut kini banyak dipenuhi hewan-hewan penghasil madu itu yang terancam oleh pestisida di kawasan pedesaan.

Sekitar 2,4 juta ekor lebah madu Italia diangkut dalam sebuah mobil van, siap dibawa ke rumah mereka baru-baru ini. Van itu diparkir di dekat Apartemen the Dakota di kawasan Central Park, di mana istri mendiang John Lennon, Yoko Ono, tinggal sejak 1973.

“Ini adalah tahun pertama kami melakukannya di luar The Dakota,” kata Andrew Coté, ketua Asosiasi Peternak Lebah Kota New York. “Kami dengar Yoko menyukai madu,” lanjutnya.

"Ini hobi yang menyenangkan. Ini cara yang baik untuk terhubung dengan alam di kota seperti ini. Ini menyenangkan, menyenangkan bekerja dengan lebah, kita dapat terhubung ke alam. Mengurusi lebah ini terapeutik, hampir seperti bermeditasi," kata Cote lebih jauh mengenai beternak lebah.

Coté, yang mendirikan Andrew's Honey, mengemudi dari Georgia untuk mengirimkan lebah-lebah itu. Van tersebut membawa 200 paket kayu dan kasa, masing-masing berisi sekitar 12 ribu ekor lebah. Sejumlah peternak lebah antre untuk mengambil paket seberat 3 pound (sekitar 1,3 kilogram) yang harganya $159 atau $205, tergantung pada kapan mereka memesannya. Menurut Coté, lebah dijual berdasarkan berat, seperti halnya keju.

Sebagian pembeli memasukkan paket-paket itu ke dalam tas, sementara Ray Sage mengikatkan dua peti lebah ke sepedanya, untuk dibawa ke sarang lebah miliknya di kawasan Lower East Side.

“Saya harus mengayuh sepeda dengan benar-benar lambat dan hati-hati,” ujar Sage.

Jumlah peternak di perkotaan telah tumbuh pesat. Banyak sarang lebah kini ditemukan di teras-teras di atap gedung pencakar langit gedung-gedung perkantoran, kata Coté. New York melegalisasi peternakan lebah pada tahun 2010 dan memiliki ratusan sarang lebah terdaftar, menurut Departemen Kesehatan.

Peternak lebah Andrew Cote membuang kawanan besar lebah yang dia pindahkan dari sebuah gedung di Times Square ke sarang baru di Bryant Park di New York, AS, 27 Juni 2017. (Foto: REUTERS/Lucas Jackson)

Populasi lebah mengalami penurunan tajam di berbagai penjuru dunia, antara lain karena penggunaan pestisida dan bahan-bahan kimia yang berlebihan di pedesaan, serta kurang bervariasinya jenis tanaman.

New York tidak memiliki masalah ini, membuatnya menjadi habitat yang sehat bagi lebah, kata Alan Markowitz, warga Bronx yang beternak di Taman Komunitas La Finca del Sur, yang dikelola kaum perempuan kulit berwarna.

“Sepertiga dari apa yang Anda makan memerlukan jasa pollinator atau hewan penyerbuk. Jadi penting sekali untuk mempertahankan keberadaan pollinator di lingkungan. Dan di kota, percaya atau tidak, lebah hidup dengan baik karena secara umum lebih sedikit pestisida," kata Markowitz.

"Jadi akan lebih baik jika kita tinggal di daerah atau di pertanian, tempat di mana saya berasal, saya pernah menjadi petani, kita harus berjuang melawan pestisida dan monokultur. Memiliki banyak variasi jenis tanaman merupakan hal yang sangat baik bagi lebah. Itulah yang mereka sukai, mereka suka makanan yang beragam," tambahnya.

Coté memiliki lebih dari 60 sarang lebah di atap gedung dan taman-taman komunitas di New York. Ia biasanya memanen madu pada bulan Juli dan September. Menurut Coté, ia menjelaskan betapa berbedanya madu yang dihasilkan lebah-lebahnya.

“Di Kota New York, lebah-lebah itu akan mengumpulkan nektar dari berbagai sumber yang berbeda-beda, dan benar-benar banyak sekali kesempatan untuk itu bagi mereka.”

Di Manhattan, misalnya, sedikit saja pepohonan di sana yang merupakan tumbuhan asli lokal, sehingga ada begitu banyak sumber nektar dari bunga-bunga yang bermekaran bagi lebah-lebah itu di sana. Karena itu pula, lebah tersebut menghasilkan madu yang tidak dapat ditemukan di tempat lainnya di dunia, jelas Coté. [uh/ab]

Oleh: VOA

Amerika Serukan Penghentian Sementara Penggunaan Vaksin Johnson & Johnson

Amerika Serukan Penghentian Sementara Penggunaan Vaksin Johnson & Johnson
Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson terlihat di Rumah Sakit Universitas South Shore milik Northwell Health di Bay Shore, New York, AS, 3 Maret 2021. (Foto: REUTERS/Shannon Stapleto)

BorneoTribun.com -- Badan-badan kesehatan federal Amerika Serikat (AS) pada Selasa (13/4) menyerukan penghentian segera penggunaan vaksin virus corona dosis tunggal Johnson & Johnson, setelah enam penerimanya di AS mengalami gangguan kesehatan langka yang melibatkan penggumpalan darah dalam waktu sekitar dua minggu setelah divaksinasi.

Keenam penerimanya adalah perempuan berusia antara 18 dan 48 tahun. Seorang di antaranya meninggal dan perempuan kedua di Nebraska telah dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis.

Hampir tujuh juta orang di Amerika Serikat telah menerima suntikan Johnson & Johnson sejauh ini, dan sekitar sembilan juta lebih dosis telah dikirim ke negara-negara bagian, menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

“Kami merekomendasikan jeda dalam penggunaan vaksin ini karena perlu berhati-hati," kata Dr. Peter Marks, Direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologi Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS (FDA), dan Dr. Anne Schuchat, Wakil Direktur Utama CDC, dalam pernyataan bersama. "Saat ini, kejadian buruk ini tampaknya sangat jarang terjadi."

Seorang pekerja medis menyiapkan jarum suntik dengan dosis vaksin COVID-19 Johnson & Johnson selama kunjungan Wakil Presiden AS Kamala Harris ke pusat vaksinasi di Chinatown, di Chicago, Illinois, AS, 6 April 2021. (Foto: REUTERS/Carlos Barria)

Sementara langkah itu ditujukan sebagai rekomendasi untuk praktisi kesehatan di negara-negara bagian, pemerintah federal diharapkan untuk menghentikan sementara pemberian vaksin itu di semua pusat vaksinasi yang dikelola pemerintah federal.

Pejabat federal berharap pejabat kesehatan negara bagian akan menganggap itu sebagai sinyal kuat untuk melakukan hal yang sama. Dalam waktu dua jam setelah pengumuman, Gov. Mike DeWine dari Ohio, seorang Republikan, menyarankan semua penyedia kesehatan di negara bagiannya untuk sementara berhenti memberikan suntikan Johnson & Johnson. Negara Bagian New York dan Connecticut dengan segera mengikutinya. [ab/uh]

Oleh: VOA

13 April 2021

Biden: Tak Ada Pembenaran bagi Penjarahan dan Kekerasan di Minnesota

Biden: Tak Ada Pembenaran bagi Penjarahan dan Kekerasan di Minnesota
Presiden AS Joe Biden

BorneoTribun Amerika, Internasional -- Presiden Joe Biden hari Senin (12/4) mengatakan tidak ada “pembenaran” untuk penjarahan dan kekerasan yang meletus di Brooklyn Center, di pinggiran kota Minneapolis menyusul penembakan oleh polisi hari Minggu (11/4).

“Saya menyerukan kedamaian dan ketenangan,” kata Biden kepada para wartawan di Gedung Putih. “Dan kita harus mendengarkan ibu Daunte, yang menyerukan kedamaian dan ketenangan,” tambahnya.

Gubernur Minnesota Tim Waltz telah menetapkan jam malam dari pukul 19:00 Senin malam waktu setempat hingga pukul 6:00 Selasa pagi di seluruh wilayah kota Minneapolis dan St. Paul.

Daunte Wright, seorang pria kulit hitam berusia 20 tahun, tewas ketika kendaraannya dihentikan oleh polisi Minggu sore.

Dalam sebuah pernyataan, Kepolisian Brooklyn Center mengatakan polisi telah menghentikan mobil yang dikendarai Wright sekitar pukul 2 siang, hari Minggu. Setelah memastikan bahwa pengemudi tersebut berstatus dalam pencarian untuk ditangkap karena memiliki senjata api secara ilegal, polisi mencoba menangkapnya. Pengemudi itu masuk kembali ke dalam mobil dan melarikan diri. Seorang petugas melepaskan tembakan ke arah kendaraan tersebut, dan mengenai pengemudi, kata polisi. Mobil tersebut terus dikemudikan beberapa blok sebelum menabrak kendaraan lain.

Pada hari Senin, polisi mengatakan polisi telah menembak Wright secara tidak sengaja ketika dia bermaksud menggunakan taser, yaitu senjata kejut listrik yang tidak mematikan untuk melumpuhkan target.

Dalam konferensi pers Senin pagi, Kepala Polisi Brooklyn Center Tim Gannon menyebut penembakan itu sebagai “penembakan yang tidak disengaja” dan mengatakan Biro Penahanan Kriminal negara bagian sedang menyelidiki insiden itu. [lt/em]

Oleh: VOA

Sampaikan Pesan ucapan Selamat menjalankan ibadah bulan suci Ramadan, Presiden Amerika Joe Biden Kutip Surat An Nur

Sampaikan Pesan ucapan Selamat menjalankan ibadah bulan suci Ramadan, Presiden Amerika Joe Biden Kutip Surat An Nur
Presiden AS Joe Biden dan Ibu Negara Jill Biden

BorneoTribun Amerika, Internasional -- Presiden Amerika Joe Biden dan Ibu Negara Jill Biden Senin sore (12/4) menyampaikan ucapan selamat menjalankan ibadah bulan suci Ramadan kepada seluruh komunitas Muslim di Amerika dan di seluruh dunia.

Biden merujuk kondisi pandemi yang membuat begitu banyak keluarga menjalankan ibadah puasa “tanpa orang-orang yang mereka cintai.”

"Namun, komunitas Muslim kita memulai bulan turunnya wahyu dengan harapan baru. Banyak yang meningkatkan kesadaran mereka dengan kehadiran Tuhan dalam kehidupan mereka, memastikan kembali komitmen untuk melayani orang lain yang didorong oleh keimanan mereka, dan menunjukkan rasa syukur atas berkat yang mereka nikmati – kesehatan, kesejahteraan dan kehidupan itu sendiri,” demikian petikan pernyataan Biden.

Lebih jauh Biden menyampaikan betapa warga Muslim-Amerika telah memperkaya Amerika sejak pertama kali negara ini didirikan. Ia juga menyebut upaya warga Muslim untuk ikut memberantas Covid-19, memainkan peran penting dalam pengembangan vaksin dan sebagai petugas layanan kesehatan di garis depan, maupun sebagai pelayan publik di berbagai bidang lain; “memainkan peran utama dalam perjuangan berkelanjutan demi kesetaraan ras dan keadilan sosial.”

“Tetapi tetap saja warga Muslim-Amerika terus menjadi sasaran perundungan (target bullying), kefanatikan dan kejahatan bermotif kebencian. Prasangka dan serangan-serangan ini salah. Hal ini tidak dapat diterima. Ini harus dihentikan. Tidak boleh ada satu orang pun di Amerika yang hidup dalam ketakutan untuk mengungkapkan keyakinannya. Pemerintahan saja bekerja tanpa kenal lelah untuk melindungi hak dan keamanan seluruh warga,” tegas Biden.

Biden menggarisbawahi bagaimana pada hari pertama menjabat ia mengakhiri “travel ban” atau larangan perjalanan bagi warga Muslim yang “memalukan.”

Biden berjanji akan terus membela hak asasi di mana pun, termasuk hak warga Uighur di China, warga Rohingya di Birma dan komunitas Muslim di seluruh dunia.

“Ketika kita mengenang orang-orang yang telah meninggalkan kita sejak Ramadan lalu, kita berharap akan datang hari-hari yang lebih cerah di masa depan,” ujar Biden.

Presiden Joe Biden juga mengutip satu ayat dalam Surat An Nur ayat 35 bahwa “Allah adalah pemberi cahaya di langit dan bumi", yang membimbing kita keluar dari kegelapan.

Perayaan-perayaan di Gedung Putih saat ini masih dilangsungkan secara virtual, tetapi di bagian akhir pernyataannya ia mengatakan, “Insya Allah saya dan Jill berharap dapat melangsungkan perayaan Idul Fitri secara langsung di Gedung Putih tahun depan.” [em/lt]

Oleh: VOA

12 April 2021

Badai Mematikan Melanda Pantai Selatan Amerika Serikat

Seorang perempuan berjalan di tengah hujan lebat dan angin kencang yang dipicu badai Eta di Miami, Florida, 9 November 2020. (Foto:AFP)

BorneoTribun Amerika, Internasional -- Pihak berwenang mengatakan badai yang mengoyak Amerika Serikat (AS) bagian selatan telah menewaskan sedikitnya dua orang dan melukai beberapa orang lainnya. Angin kencang menumbangkan pepohonan, menghancurkan sejumlah rumah dan menjungkirbalikkan kendaraan.

Jutaan orang tinggal di jalur yang dilalui badai di pantai Teluk, termasuk Florida, Mississippi, Alabama dan Louisiana, di mana dilaporkan menelan korban jiwa.

Kantor berita AFP, mengutip otoritas setempat, melaporkan seorang pria tewas dan sedikitnya tujuah orang terluka ketika angin kencang melanda wilayah Saint Landry Parish, menjungkirbalikkan beberapa kendaraan di sebuah jalan.

Kantor sheriff melaporkan sebuah pohon tumbang ketika angin kencang yang melintasi Caddo Parish, menghancurkan sebuah mobile home pada Jumat (9/4), menewaskan seorang laki-laki berusia 48 tahun.

Hujan es sebesar bola baseball di pantai Alabama dilaporkan ke Dinas Cuaca Nasional.

Hujan lebat disertai banjir juga diperkirakan akan terjadi, menurut para peramal cuaca. Ancaman itu akan mereda pada Sabtu (10/4) malam. [vm/ft]

11 April 2021

AS Keluarkan Pedoman Baru untuk Interaksi dengan Taiwan

AS Keluarkan Pedoman Baru untuk Interaksi dengan Taiwan
Bendera Taiwan dan AS di tempat pertemuan antara legislator AS dan Taiwan di Taipei, Taiwan 27 Maret 2018. (Foto: Reuters)

BorneoTribun Amerika, Internasional -- Departemen Luar Negeri Amerika merilis pedoman baru untuk interaksi pemerintah dengan Taiwan guna mendorong kontak yang lebih dekat dan memperdalam hubungan tidak resmi antara kedua negara demokrasi, di tengah meningkatnya agresi China di wilayah tersebut.

Pernyataan itu hanya berbicara secara umum tentang pedoman itu, yang diedarkan di antara departemen-departemen pemerintah tetapi tidak dirilis ke publik. Taiwan menyambut baik pengumuman itu.

“Kami menyambut baik dorongan tersebut. Menunggu kesempatan untuk menggunakan peluang baru untuk bekerja sama guna memperdalam hubungan," tulis utusan Taiwan untuk Amerika di Twitter.

Kerja sama Amerika dan Taiwan semakin berkembang dalam bidang kesehatan global, ekonomi, dan keamanan regional. Bulan lalu, Amerika dan Taiwan menandatangani kesepakatan kerja sama penjaga pantai.

Departemen Luar Negeri menilai pedoman itu konsisten dengan kebijakan "satu China." Dikatakan bahwa meliberalisasi kontak dengan Taiwan konsisten dengan Taiwan Relations Act dan pernyataan kebijakan lain yang dikenal sebagai tiga Komunike Bersama Amerika-China dan Enam Jaminan. Amerika telah lama menyatakan bahwa kebijakan "Satu China" yang dijunjungnya "berbeda" dari prinsip "Satu China." Amerika tidak pernah mendukung klaim kedaulatan Partai Komunis China atas Taiwan.

Pedoman baru dikeluarkan sewaktu Kongres Amerika memperkenalkan undang-undang guna mengekang pengaruh global China yang semakin meluas. Usul bipartisan "Undang-Undang Persaingan Strategis 2021" menyatakan bahwa tidak boleh ada pembatasan terhadap interaksi pejabat Amerika dengan mitra mereka dari Taiwan. [ka/ah]

Oleh: VOA

Kelompok Advokasi Muslim Gugat Facebook Terkait Penghapusan Ujaran Kebencian

Kelompok Advokasi Muslim Gugat Facebook Terkait Penghapusan Ujaran Kebencian
Halaman Facebook. (Gambar iStock).

BorneoTribun Amerika, Internasional -- Kelompok hak-hak sipil, Muslim Advocates, yang berbasis di AS menggugat Facebook Inc dan jajaran eksekutifnya pada Kamis (8/4) dengan tuduhan mereka menyesatkan Kongres AS dan lainnya dengan secara keliru mengklaim perusahaan tersebut menghapus konten yang melanggar kebijakannya.

Seperti dilansir oleh Reuters, gugatan tersebut mengklaim bahwa Facebook secara berkala tidak dapat menghapus konten yang melanggar aturannya, termasuk organisasi anti-Muslim dan halaman yang ditandai oleh organisasi hak asasi dan para pakar. Gugatan itu menyatakan bahwa konten-konten itu termasuk laman-laman dan kelompok-kelompok dengan nama-nama yang membandingkan Muslim dengan "kotor" dan berisi seruan untuk "bersatu melawan", "membersihkan" atau "berantas" Islam.

Platform media sosial sudah sejak lama menjadi sorotan mengenai cara mereka menangani ujaran kebencian, konten kekerasan, dan aktivitas ilegal lainnya di platform tersebut.

Pada Juli 2020, Facebook merilis hasil audit hak-hak sipil yang ditugaskan oleh perusahaan. Hasil audit itu menyatakan Facebook harus menginvestasikan lebih banyak sumber daya untuk mempelajari dan menangani kebencian terorganisasi terhadap Muslim dan kelompok sasaran lainnya di platform tersebut.

“Kami tidak mengizinkan ujaran kebencian di Facebook dan secara berkala bekerja dengan para ahli, organisasi nirlaba, dan pemangku kepentingan untuk membantu memastikan Facebook adalah tempat yang aman bagi semua orang, mengakui bahwa retorika anti-Muslim bisa dalam bentuk-bentuk yang berbeda,” kata juru bicara Facebook dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh Reuters. “Kami telah berinvestasi dalam teknologi kecerdasan buatan untuk menghapus perkataan yang mendorong kebencian, dan kami secara proaktif mendeteksi 97 persen dari apa yang kami hapus.”

Gugatan, yang diajukan ke Pengadilan Tinggi Distrik Columbia di Washington, menuduh bahwa Facebook, Chief Executive Mark Zuckerberg, Chief Operating Officer Sheryl Sandberg, dan eksekutif lainnya melanggar undang-undang perlindungan konsumen distrik itu melalui pernyataan mereka tentang penghapusan konten yang melanggar aturan.

Zuckerberg telah menghadiri pertemuan kongres tujuh kali sejak 2018. Dia mengatakan kepada anggota parlemen bahwa perusahaan akan menghapus konten yang melanggar kebijakan Facebook, termasuk unggahan yang menyerukan kekerasan atau dapat menyebabkan risiko cedera fisik.

Namun, perusahaan tersebut dikritik oleh organisasi hak sipil, yang mengatakan tidak menegakkan aturan ini secara tidak konsisten.

Gugatan tersebut meminta hakim untuk menyatakan bahwa pernyataan eksekutif Facebook melanggar “Undang-Undang Prosedur Perlindungan Konsumen Washington DC” dan menuntut kompensasi bagi Muslim Advocates.

Muslim Advocates adalah organisasi nirlaba yang berbasis di Washington. [na/ft]

Oleh: VOA

Di Bawah Kim, Korut Dinilai Tak Mungkin Denuklirisasi

Di Bawah Kim, Korut Dinilai Tak Mungkin Denuklirisasi
Gambar ini diambil pada 8 April 2021 dan dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada 9 April 2021 menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyampaikan sebuah pidato. (Foto: AFP)

BorneoTribun Korut, Internasional -- John Bolton, penasihat keamanan nasional Amerika dalam pemerintahan Presiden Donald Trump, mengatakan Korea Utara belum membuat keputusan strategis untuk menghentikan pembuatan senjata nuklir. Ia menilai prospek upaya mencapai denuklirisasi melalui diplomasi tetap redup.

Jika Amerika mengupayakan "kesepakatan dengan Kim Jong Un, bergantung padanya untuk berjanji menghentikan program senjata nuklirnya dengan imbalan bantuan sanksi," itu akan gagal, kata Bolton dalam wawancara dengan VOA minggu ini.

Penilaian Bolton itu disampaikan sementara pemerintahan Biden mendekati akhir kajian tentang cara mendekati Korea Utara.

"Menurut saya, rezim itu bertekad membuat dan menpertahankan senjata nuklir. Mereka melihatnya penting bagi kelangsungan hidup mereka," tambah Bolton.

Januari lalu, dalam Kongres ke-8 Partai Pekerja Korea (WPK), Kim mengatakan, ia akan mendukung program senjata nuklir negaranya. [ka/ah]

Oleh: VOA

Amerika-Sekutu Pertanyakan Motif Kehadiran Rusia di Dekat Ukraina

Amerika-Sekutu Pertanyakan Motif Kehadiran Rusia di Dekat Ukraina
Prajurit bersenjata menunggu di kendaraan tentara Rusia di luar pos penjaga perbatasan Ukraina di Kota Krimea Balaclava, 1 Maret 2014. (Foto: REUTERS/Baz Ratner)

BorneoTribun Amerika, Internasional -- Amerika menuduh Rusia menyembunyikan niat sesungguhnya terkait pengerahan militernya di perbatasan dengan Ukraina. Tuduhan disampaikan setelah Amerika berkonsultasi dengan sekutu tentang ketegangan yang meningkat di wilayah itu.

Pejabat-pejabat Amerika, Jumat (9/4), menolak menjelaskan tentang jumlah atau jenis pasukan Rusia yang dikatakan berkumpul di dekat wilayah Ukraina. Menurut mereka, tindakan itu provokatif dan mendestabilisasi. Mereka menolak pernyataan bahwa tindakan itu hanya latihan militer.

Sekretaris pers Pentagon John Kirby kepada wartawan, Jumat (9/4), mengatakan bahwa "Ini adalah penumpukan besar, terbesar yang kami saksikan sejak 2014." Ia mencatat bahwa penumpukan kekuatan militer Rusia seperti itu sebelumnya tidak berakhir dengan baik untuk tetangga Rusia.

Di Gedung Putih, sekretaris pers Jen Psaki mengatakan Amerika sibuk bekerja sama dengan mitra dan sekutu untuk mempelajari situasi itu dan apa yang dapat dilakukan untuk meredakan ketegangan.

"Rusia harus meredakan ketegangan dan bertindak transparan sehubungan pergerakan pasukannya," tulis Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas di Twitter, setelah pembicaraan dengan Amerika.

Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken menulis, "Bersama mitra kami #EU & #NATO, kami akan memantau langkah-langkah selanjutnya dengan cermat."

Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian juga meminta Rusia "menghentikan provokasinya" dan mengambil tindakan untuk meredakan ketegangan "tanpa penundaan."

Sejauh ini, seruan itu tampaknya tidak berpengaruh. Rusia membela tindakannya, Jumat (9/4), dan menyatakan Ukrainalah yang bertanggung jawab atas ketegangan yang meningkat.

Sementara itu, wakil menteri luar negeri Rusia tampaknya mengkhawatirkan laporan bahwa Amerika mengirim dua kapal perang ke Laut Hitam untuk menunjukkan dukungannya kepada Ukraina. Pejabat Turki mengatakan Jumat (9/4) bahwa Amerika akan mengirim dua kapal ke Laut Hitam minggu depan (14-15 April) dan bahwa mereka akan tetap di sana selama sekitar dua minggu.

Pejabat pertahanan Amerika menolak mengkonfirmasi pernyataan Turki tetapi mengatakan operasi semacam itu rutin. [ka/ah]

Oleh: VOA

10 April 2021

Menteri Pertahanan Amerika Serikat akan Berkunjung ke Israel, Jerman, Inggris

Menteri Pertahanan Amerika Serikat akan Berkunjung ke Israel, Jerman, Inggris
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menghadiri sebuah acara di Gedung Putih, Washington, DC, 8 Maret 2021.

BorneoTribun Amerika, Internasional -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin akan melakukan perjalanan ke Israel, Jerman, Inggris dan markas Pakta Pertahanan Atlantik (North Alliance Treaty Organization/NATO) di Belgia dalam minggu mendatang.

Dalam pengumumannya, Kamis (8/4), Pentagon mengatakan, Austin akan melakukan pembicaraan dengan para pemimpin pemerintah dan militer.

Sebagai pejabat tertinggi pemerintahan Presiden Joe Biden yang akan mengunjungi Israel, Austin akan bertemu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Benny Gantz.

Menurut pernyataan Pentagon, pembicaraan mereka akan mencakup "prioritas bersama" dan AS menegaskan komitmennya untuk mempertahankan superioritas militer Israel atas tetangganya, menurut pernyataan Pentagon.

Di Eropa, Austin akan mengadakan pembicaraan dengan Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer dan Penasihat Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Kanselir Dr. Jan Hecker, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dan Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace.

Austin akan meninggalkan Washington menuju Eropa pada Sabtu (10/4), tetapi tanggal kunjungannya di setiap negara itu tidak disebutkan.

Perjalanan itu bertepatan meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran, sementara pemerintahan Biden hendak mengajak Iran kembali ke pakta nuklir yang secara efektif dikacaukan oleh mantan presiden Donald Trump. Di Eropa, lawatan itu terjadi ketika Rusia mengguncang benua tersebut dengan pengerahan pasukan dan peralatan perang di perbatasannya dengan Ukraina.

“Kini terdapat lebih banyak tentara Rusia di perbatasan Ukraina dibandingkan kapan pun sejak 2014," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki, Kamis (8/4).

Psaki mengatakan Biden "semakin prihatin" atas situasi itu. [ka/jm]

Oleh: VOA

09 April 2021

[VIDEO] Masjid AS Salurkan Bantuan Pangan bagi Warga Terdampak Pandemi

[VIDEO] Masjid AS Salurkan Bantuan Pangan bagi Warga Terdampak Pandemi
Gambar screenshot video.

BorneoTribun Amerika, Internasional -- Menurut organisasi nirlaba Feeding America, satu dari enam warga AS tidak punya akses ke makanan yang sehat dan aman. Salah satu bank makanan di sekitar Washington DC berusaha mengubahnya.

Akhir-akhir ini di Amerika, orang-orang mengantre untuk mengambil makanan gratis, karena banyak yang kehilangan pekerjaan.

"Saya baru mulai datang sejak 3 atau 4 bulan lalu," kata seorang warga.

"Saya datang kesini selama lebih dari 5 tahun."

Tak jauh dari Washington DC, Masjid Dar al-Hijra membagikan makanan gratis kepada mereka yang membutuhkan. Ada yang baru datang pertama kalinya, tapi banyak juga yang datang bertahun-tahun.

Makanan yang dibagikan termasuk ayam halal serta sayur mayur seperti bawang, tomat dan kentang. "Setiap Kamis, ada lebih dari 100 keluarga yang masuk dalam daftar kami," kata Nabila Om Salam, relawan Masjid Dar al-Hijra.

Kelaparan di Amerika bukan hal baru. Tapi keadaannya semakin buruk karena pandemi virus corona menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan.

Lembaga amal Feeding America memperkirakan 1 dari 6 warga Amerika terancam kelaparan karena pandemi.

Bank pangan di seluruh Amerika kebanjiran permintaan karena semakin banyak warga menganggur.

"Orang mengira 'oh, kamu di Amerika tidak ada yang kelaparan.' Tapi Anda akan terkejut karena banyak yang kelaparan. Mereka tak tahu apakah harus menyimpan uang untuk makan atau membayar sewa rumah. Mereka bayar sewa terlebih dulu," kata Janine Ali, Volunteer, relawan di Masjid Dar Al Hijrah lainnya.

Ratusan pusat ibadah di Amerika, seperti Dar Al Hijrah, menjadi bank pangan setiap minggu. Di sini, makanan dari bank pangan yang lebih besar dibagikan kepada yang membutuhkan. Feeding America, jaringan pangan terbesar, mengelola sekitar 200 bank pangan di seluruh Amerika.

Organisasi non-pemerintah ini mengumpulkan dan membagikan berton-ton makanan setiap tahun, dibantu oleh para relawan.

Naeem Baig dari Dar Al Hijrah datang ke Amerika dari Pakistan lebih dari 30 tahun lalu. Dia mengatakan kemiskinan di Amerika memang berbeda, tapi penderitaan yang dialami warga miskin sama saja.

Imam Naeem Baig dari Masjid Dar Al Hijrah mengatakan, "Definisi kemiskinan atau orang miskin di Pakistan, India atau negara lain itu kalau Anda tak punya sepatu atau bajunya robek. Tapi di AS, orang miskin datang naik mobil. Mobil bukan kemewahan di sini, tapi kebutuhan."

Relawan dan staf mengatakan kebanyakan warga yang minta bantuan, kurang berpendidikan dan kurang cakap berbahasa Inggris, sehingga tak punya pekerjaan yang bagus. Ditambah pandemi COVID-19 yang memperbesar kesenjangan antara kaya dan miskin di negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini. [vm/jm]

Oleh: VOA

China Peringatkan AS agar Tidak Boikot Olimpiade Musim Dingin

China Peringatkan AS agar Tidak Boikot Olimpiade Musim Dingin
Logo Olimpiade di Jeongseon Alpine Center, Pyeongchang, Korea Selatan, 11 Februari 2018.

BorneoTribun Jakarta -- Pemerintah China memperingatkan Amerika Serikat (AS), Rabu (7/4), agar tidak memboikot Olimpiade musim dingin tahun depan di Beijing. China mengeluarkan pernyataan itu setelah pemerintahan Biden menyatakan sedang membahas dengan sekutu pendekatan gabungan untuk mengadukan pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM) di China.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China menolak tuduhan pelecehan terhadap minoritas etnis di kawasan Xinjiang. Akan ada “respons China yang tegas terhadap boikot semacam itu," katanya tanpa memperinci lebih jauh.

“Politisasi olahraga akan merusak semangat Piagam Olimpiade dan kepentingan para atlit dari semua negara,” kata juru bicara Zhao Li-jian. “Masyarakat internasional termasuk komite Olimpiade AS tidak bisa menerimanya.”

Organisasi HAM memprotes China sebagai penyelenggara Olimpiade musim dingin yang akan dimulai Februari 2022. Mereka mendesak boikot atau langkah lain guna memusatkan perhatian pada pelecehan China terhadap warga Uighur, Tibet, dan penduduk Hong Kong.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan memboikot Olimpiade adalah salah satu opsi, tetapi pejabat senior mengatakan pemboikotan tidak dibahas. Komite Olimpiade Internasional dan Komite Olimpiade dan Paralimpiade AS telah mengatakan menentang boikot.

Juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, Rabu (7/4), mengatakan, Gedung Putih tidak mengkaji wacana pemboikotan Olimpiade 2022.

“Kami tidak membahas, dan tidak sedang membahas, boikot gabungan dengan sekutu dan mitra,” kata Psaki.

Ketika ditanya apakah pemerintah AS menganjurkan warganya tidak melakukan perjalanan ke China, Psaki mengatakan, pemerintahan Biden berharap saat pesta olahraga itu berlangsung, “kita sudah mencapai titik di mana cukup banyak orang di seluruh negara, dan juga di seluruh dunia telah divaksinasi” COVID-19. [jm/ka]

Oleh: VOA

Terkini Lainnya

Hukum

Peristiwa

Kesehatan