Berita Daranante: Turki Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Turki. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Turki. Tampilkan semua postingan

06 Mei 2021

Pejabat Mesir, Turki Atur Ulang Hubungan Kedua Negara

Pejabat Mesir, Turki Atur Ulang Hubungan Kedua Negara
Wamenlu Turki Sedat Onal (duduk, nomer dua dari kanan) dalam pertemuan dengan Wamenlu Mesir Hamdi Sanad Loza beserta delegasinya, di kantor Kemenlu Mesir di Kairo, Rabu, 5 Mei 2021. (AP)

BorneoTribun Turki -- Sejumlah pejabat Mesir dan Turki, Rabu (5/5) bertemu untuk beberapa pembicaraan, yang bertujuan mengatur ulang hubungan antara kedua kekuatan regional setelah bertahun-tahun bermusuhan.

"Konsultasi politik" dua hari antara kedua negara itu dimulai di Kairo, dipimpin oleh Hamdi Loza, wakil menteri luar negeri Mesir, dan Sedat Onal, wakil menteri luar negeri Turki.

Kementerian Luar Negeri Mesir mengumumkan pertemuan itu dalam pernyataan pada Selasa malam.

Pernyataan itu menggambarkan pembicaraan itu sebagai "diskusi penjajakan" yang berfokus pada "langkah-langkah yang diperlukan yang akan mengarah kepada normalisasi hubungan antar kedua negara, secara bilateral dan dalam konteks regional."

Pernyataan itu tidak memberi penjelasan lebih lanjut. Mesir dan Turki telah berselisih sejak militer Mesir pada tahun 2013 mendongkel presiden dari kelompok Ikhwanul Muslimin yang menerima dukungan dari Turki. Mesir telah menetapkan kelompok Islamis itu sebagai teroris.

Baru-baru ini, Presiden Turki mengisyaratkan hubungan yang bersahabat dengan Mesir, pergeseran dari pendekatan pejabat sebelumnya yang sangat kritis terhadap pemerintahan Presiden Abdel Fattah el-Sissi. [mg/ka]

Oleh: VOA

12 April 2021

Erdogan Serukan Agar Perkembangan "Merisaukan" di Ukraina Timur Diakhiri

Erdogan Serukan Agar Perkembangan "Merisaukan" di Ukraina Timur Diakhiri
Erdogan Serukan Agar Perkembangan "Merisaukan" di Ukraina Timur Diakhiri.

BorneoTribun Turki, Internasional -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Sabtu (10/4) menyerukan agar perkembangan yang "mengkhawatirkan" di wilayah Donbass, Ukraina timur, segera diakhiri.

Seruan itu disampaikan setelah pertemuan dengan Presiden Ukraina di Istanbul. Erdogan menambahkan bahwa Turki siap memberikan dukungan apapun yang diperlukan.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengadakan perundingan lebih dari tiga jam dengan Erdogan di Istanbul sebagai bagian dari kunjungan terjadwal, di tengah ketegangan antara Kyiv dan Moskow terkait konflik di Donbass itu.

Kyiv telah meningkatkan kekhawatiran terkait bertambahnya pasukan Rusia dekat perbatasan antara Ukraina dan Rusia, dan terkait meningkatnya kekerasan di sepanjang jalur kontak yang memisahkan pasukan Ukraina dan separatis yang didukung Rusia di Donbass.

Pergerakan militer Rusia telah memicu keprihatinan bahwa Moskow sedang bersiap-siap untuk mengerahkan pasukan ke Ukraina. Kremlin membantah pasukannya merupakan ancaman, tapi mengatakan mereka akan bertahan selama masih merasa perlu.

AS mengatakan Rusia telah mengumpulkan lebih banyak tentara di perbatasan timur Ukraina sejak 2014, ketika Rusia mencaplok Krimea dari Ukraina dan mendukung separatis di Donbass. [vm/ft]

Oleh: VOA

09 April 2021

Proyek Terusan Istanbul diperkirakan memakan biaya hingga 75 miliar atau Setara Rp133 triliun

Kanal Istanbul, Mega Proyek Ambisius Erdogan, Tuai Kontroversi.

BorneoTribun Turki, Internasional -- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengumumkan bahwa persiapan untuk tender proyek pembangunan Terusan Istanbul hampir selesai. Proyek ini diketahui menuai kritikan terkait biaya dan dampak lingkungannya.

Seperti dilansir Reuters dan Daily Sabah, Kamis (8/4/2021), proyek bernama Kanal Istanbul ini akan menghubungkan Laut Hitam yang ada di bagian utara Istanbul dengan Laut Marmara yang ada di bagian selatan kota tersebut. Proyek ini diperkirakan memakan biaya hingga 75 miliar Lira (Rp 133 triliun).

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.

Dalam pernyataan pada Rabu (7/4) waktu setempat, Erdogan mengumumkan bahwa Turki akan segera menggelar tender untuk kanal besar tersebut dan melakukan peletakan fondasi pada musim panas mendatang.

Pembangunan kanal ini, yang disebut Erdogan sebagai proyek infrastruktur terbesar dan paling strategis di Turki, akan segera dimulai.

"Laporan soal Asesmen Dampak Lingkungan (EIA) terkait proyek itu telah diselesaikan dengan kontribusi 56 institusi dan organisasi, lebih dari 200 ilmuwan, media dan warga negara kita," ujar Erdogan.

Kanal Istanbul nantinya akan berfungsi sebagai jalur perairan internasional yang akan berkontribusi pada kekuatan logistik dan infrastruktur Turki dengan memainkan fungsi penting dalam perdagangan maritim global.

Lebih lanjut, disebutkan otoritas Turki bahwa kanal itu akan mengurangi kepadatan lalu lintas di Selat Bosforus -- salah satu jalur maritim tersibuk di dunia -- dan mencegah insiden yang mirip dengan insiden beberapa waktu lalu di Terusan Suez, Mesir.

Namun, para pengkritik menyebut kanal itu akan memicu malapetaka lingkungan dan mencemari sumber daya air. Otoritas Turki menyetujui rencana pengembangan untuk proyek ini pada bulan lalu.

Berbicara kepada para anggota parlemen dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang menaunginya, Erdogan menegaskan Turki akan terus melanjutkan rencana ini tidak peduli 'apakah Anda suka atau tidak'. 

Penegasan itu merujuk pada kritikan dari oposisi dan rival politik lainnya.

Kanal Istanbul yang akan mencapai panjang 45 kilometer ini, rencananya akan dibangun di koridor Küçükçekmece-Sazlıdere-Durusu. 

Kanal ini diperkirakan akan mampu dilalui 160 kapal dalam sehari dan diperkirakan bisa menghasilkan nilai ekonomi yang signifikan dengan mengurangi waktu transit dan biaya. (YK/DK)

Terkait Upaya Kudeta, Puluhan Orang di Turki Divonis Penjara Seumur Hidup

Terkait Upaya Kudeta, Puluhan Orang di Turki Divonis Penjara Seumur Hidup
Polisi anti huru-hara mengamankan gedung pengadilan saat pembacaan vonis terhadap 497 terdakwa di Sincan, pinggiran Ankara, Turki, Rabu (7/4).

Internasional, BorneoTribun.com - Kantor media pemerintah Turki hari Rabu (7/4) melaporkan bahwa sebuah pengadilan Turki menjatuhkan vonis terhadap puluhan orang – termasuk mantan tentara yang ditempatkan sebagai pasukan kepresidenan – hukuman penjara seumur hidup atas dakwaan upaya kudeta terhadap pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan yang gagal tahun 2016.

Kantor berita pemerintah Turki Anadolu, mengutip sumber-sumber di pengadilan, melaporkan 32 orang divonis hukuman penjara seumur hidup, termasuk enam orang yang menerima “hukuman seumur hidup yang maksimal,” yang berarti mereka harus menjalani hukuman tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat selama sedikitnya 30 tahun.

Secara keseluruhan ada 497 terdakwa yang telah menjalani sidang pengadilan sejak tahun 2017 karena berupaya merebut markas militer di Ankara, menduduki markas badan penyiaran pemerintah TRT dan memaksa seorang penyiar televisi membacakan pernyataan atas nama kelompok yang melakukan kudeta.

Sidang pengadilan besar-besaran, yang merupakan salah satu dari ratusan sidang yang dilangsungkan, adalah terhadap tersangka anggota jaringan yang dipimpin ulama Fethullah Gulen yang bermukim di Amerika. Ankara menuding Gulen merencanakan kudeta yang gagal itu. Gulen, yang merupakan mantan sekutu Erdogan, menyangkal tudingan itu.

Hukuman-hukuman itu berawal dari upaya kudeta pada Juli 2016, ketika faksi-faksi di dalam militer Turki menggunakan tank, pesawat jet tempur dan helikopter guna menggulingkan Erdogan. Pesawat-pesawat jet tempur membom gedung parlemen dan beberapa lokasi lain di ibu kota Turki. Ribuan orang – atas seruan Presiden Erdogan – turun ke jalan mendesak dihentikannya kudeta itu.

Secara keseluruhan 251 orang tewas dan sekitar 2.200 lainnya luka-luka. Sekitar 35 orang yang merencanakan kudeta itu juga tewas.

Pemerintah menetapkan jaringan Gulen sebagai kelompok teroris, klaim yang disangkalnya. Gulen tinggal di timur laut Pennsylvania. [em/jm]

Oleh: VOA

Terkini Lainnya

Hukum

Peristiwa

Kesehatan