Berita Daranante: Taiwan Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Taiwan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Taiwan. Tampilkan semua postingan

11 April 2021

AS Keluarkan Pedoman Baru untuk Interaksi dengan Taiwan

AS Keluarkan Pedoman Baru untuk Interaksi dengan Taiwan
Bendera Taiwan dan AS di tempat pertemuan antara legislator AS dan Taiwan di Taipei, Taiwan 27 Maret 2018. (Foto: Reuters)

BorneoTribun Amerika, Internasional -- Departemen Luar Negeri Amerika merilis pedoman baru untuk interaksi pemerintah dengan Taiwan guna mendorong kontak yang lebih dekat dan memperdalam hubungan tidak resmi antara kedua negara demokrasi, di tengah meningkatnya agresi China di wilayah tersebut.

Pernyataan itu hanya berbicara secara umum tentang pedoman itu, yang diedarkan di antara departemen-departemen pemerintah tetapi tidak dirilis ke publik. Taiwan menyambut baik pengumuman itu.

“Kami menyambut baik dorongan tersebut. Menunggu kesempatan untuk menggunakan peluang baru untuk bekerja sama guna memperdalam hubungan," tulis utusan Taiwan untuk Amerika di Twitter.

Kerja sama Amerika dan Taiwan semakin berkembang dalam bidang kesehatan global, ekonomi, dan keamanan regional. Bulan lalu, Amerika dan Taiwan menandatangani kesepakatan kerja sama penjaga pantai.

Departemen Luar Negeri menilai pedoman itu konsisten dengan kebijakan "satu China." Dikatakan bahwa meliberalisasi kontak dengan Taiwan konsisten dengan Taiwan Relations Act dan pernyataan kebijakan lain yang dikenal sebagai tiga Komunike Bersama Amerika-China dan Enam Jaminan. Amerika telah lama menyatakan bahwa kebijakan "Satu China" yang dijunjungnya "berbeda" dari prinsip "Satu China." Amerika tidak pernah mendukung klaim kedaulatan Partai Komunis China atas Taiwan.

Pedoman baru dikeluarkan sewaktu Kongres Amerika memperkenalkan undang-undang guna mengekang pengaruh global China yang semakin meluas. Usul bipartisan "Undang-Undang Persaingan Strategis 2021" menyatakan bahwa tidak boleh ada pembatasan terhadap interaksi pejabat Amerika dengan mitra mereka dari Taiwan. [ka/ah]

Oleh: VOA

08 April 2021

Menteri luar negeri Taiwan ungkap China Kirim Sinyal Tak Jelas ke Pulau yang Diklaim

Menteri luar negeri Taiwan ungkap China Kirim Sinyal Tak Jelas ke Pulau yang Diklaim
Menlu Taiwan Joseph Wu dalam konferensi pers di kantor Kementerian Luar Negeri di Taipei, 7 April 2021. (AP Photo/Wu Taijing)

BorneoTribun Taiwan, Internasional -- Menteri luar negeri Taiwan mengatakan, Rabu (7/4), upaya China untuk melakukan konsiliasi dan intimidasi militer mengirimkan sinyal tidak jelas ke orang-orang di pulau yang diklaim China sebagai wilayahnya sendiri itu melalui jalan damai atau kekerasan.

Joseph Wu mencatat China menerbangkan 10 pesawat tempur ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan Senin lalu, dan baru-baru ini mengerahkan kelompok tempur dari kapal induknya untuk latihan di perairan dekat pulau itu, sementara Beijing juga menyatakan keprihatinan atas kecelakaan kereta api di Taiwan pekan lalu yang menewaskan 50 orang.

“Di satu sisi mereka ingin memikat rakyat Taiwan dengan mengirimkan ucapan belasungkawa tetapi di saat yang sama mereka juga mengirimkan pesawat militer dan kapal militer mereka lebih dekat ke Taiwan dengan tujuan untuk mengintimidasi rakyat Taiwan," kata Wu kepada wartawan pada sebuah konferensi pers di kantor Kementerian Luar Negeri.

“China mengirimkan sinyal yang sangat tidak jelas ke Taiwan dan saya menggolongkannya sebagai sikap yang merugikan diri sendiri," imbuhnya.

China tidak mengakui pemerintah Taiwan yang terpilih secara demokratis, dan pemimpin China Xi Jinping mengatakan “penyatuan'' antara kedua belah pihak tidak dapat ditunda tanpa batas waktu.

Peningkatan besar kemampuan militer China dan peningkatan aktivitasnya di sekitar Taiwan telah menimbulkan kekhawatiran di AS, yang secara hukum terikat untuk memastikan Taiwan mampu mempertahankan diri dan menganggap semua ancaman terhadap keamanan pulau itu sebagai masalah keprihatinan serius.

Militer China, Senin (5/2), mengatakan bahwa latihan angkatan lautnya baru-baru ini dimaksudkan untuk membantu negara itu menjaga kedaulatan, keamanan dan kepentingan pembangunan nasionalnya -- istilah yang sering ditafsirkan sebagai peringatan kepada para pemimpin Taiwan yang menolak untuk menyerah pada tuntutan Beijing agar mengakui pulau itu sebagai bagian dari wilayah China.

Taiwan dan China terpisah di tengah perang saudara pada 1949, dan sebagian besar rakyat Taiwan mendukung status kemerdekaan de facto saat ini sementara menjalin kerja sama ekonomi yang kuat dengan China daratan.

China juga berusaha menciptakan integrasi ekonomi yang lebih besar, sementara juga menarget beberapa komunitas, seperti petani nanas, dengan harapan dapat melemahkan dukungan mereka terhadap pemerintah pulau itu.

Tekanan diplomatik China juga meningkat sehingga mengurangi jumlah sekutu diplomatik resmi Taiwan menjadi hanya 15 dan menutup perwakilannya dari Majelis Kesehatan Dunia dan forum-forum internasional besar lainnya. [ab/uh]

Oleh: VOA

Taiwan Bilang akan Berjuang Sampai Akhir Jika China Menyerang

Taiwan Bilang akan Berjuang Sampai Akhir Jika China Menyerang
Sebuah jet tempur RF-16 menjatuhkan suar selama latihan militer Han Kuang, yang mensimulasikan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) yang menyerang pulau itu, di Pingtung, Taiwan, 30 Mei 2019. (Foto: REUTERS/Tyrone Siu)

BorneoTribun Taiwan, Internasional -- Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu, Rabu (7/4), menegaskan negaranya akan berjuang sampai akhir jika China menyerang. Ia menambahkan bahwa Amerika Serikat melihat bahaya yang mungkin terjadi di tengah meningkatnya tekanan militer China, termasuk latihan kapal induk, di dekat pulau itu.

Taiwan, yang diklaim China, telah mengeluhkan aktivitas militer Beijing yang berulang kali dalam beberapa bulan terakhir. 

Angkatan Udara China hampir setiap hari memasuki zona identifikasi pertahanan udara Taiwan. Beijing, Senin (5/4), mengatakan sebuah kelompok kapal induk sedang berlatih di dekat pulau itu.

"Dari pemahaman saya yang terbatas tentang para pembuat keputusan Amerika yang mengamati perkembangan di wilayah ini, mereka dengan jelas melihat bahaya kemungkinan China melancarkan serangan terhadap Taiwan," kata Joseph Wu kepada wartawan di kementeriannya, sebagaimana dilansir dari Reuters, Rabu (7/4).

“Kami bersedia membela diri tanpa ragu dan kami akan berperang jika kami perlu berperang. Dan jika kami harus mempertahankan diri kami sendiri sampai hari terakhir, kami akan membela diri kami hingga hari paling akhir,” tegasnya.

Washington, pendukung dan pemasok senjata internasional terpenting Taiwan, telah mendorong Taipei untuk memodernisasi militernya sehingga bisa menjadi seperti "landak” yang sulit diserang China.

Wu mengatakan mereka bertekad untuk meningkatkan kemampuan militer mereka dan membelanjakan lebih banyak anggaran untuk pertahanan.

“Pertahanan Taiwan adalah tanggung jawab kami. Kami akan mencoba segala cara yang kami bisa untuk meningkatkan kemampuan pertahanan kami.”

Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan di kesempatan terpisah bahwa bulan ini, mereka akan menjalankan latihan perang selama delapan hari dengan bantuan komputer tentang penyerangan China ke Taiwan. Hal ini akan menjadi fase pertama latihan militar tahunan terbesar Taiwan, yang disebut latihan militer Han Kuang.

Fase kedua, termasuk latihan tembak-menembak langsung, yang akan dilakukan Juli.

"Latihan tersebut dirancang berdasarkan ancaman musuh terberat, yang menyimulasikan semua kemungkinan skenario invasi musuh di Taiwan," kata Mayor Jenderal Liu Yu-Ping kepada wartawan.

Fase kedua dari latihan perang Taiwan itu akan mencakup mobilisasi sekitar 8.000 tentara cadangan untuk mengikuti latihan tembak-menembak, latihan anti-pendaratan, dan rumah sakit mengadakan latihan untuk menangani korban dalam jumlah besar.

Ditanya apakah kedutaan de facto Washington, Institut Amerika di Taiwan, akan mengirim perwakilan ke Latihan tersebut, Liu mengatakan rencana seperti itu telah "dibahas" tetapi "tidak akan dilaksanakan", dengan alasan sensitivitas militer.

Berbicara di parlemen, Wakil Menteri Pertahanan Chang Che-ping mengatakan pergerakan kapal induk China dimonitor dengan seksama, dan latihan tersebut dilakukan secara rutin. [ah/au/ft]

Oleh: VOA

Terkini Lainnya

Hukum

Peristiwa

Kesehatan